Reformasi

hancau.net – Ranah demokrasi sekarang katanya sedang terancam. Pengesahan revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) yang baru disinyalir akan membuat lemah salah satu produk reformasi tersebut.

Jika kita telaah lebih lanjut memang terlihat jelas bahwa revisi UU KPK yang baru ini akan membuat kerja KPK semakin menyempit. Satu hal yang menjadi poin penting. Di dalam UU KPK yang telah sah itu ialah tentang pembentukan dewan pengawas yang ditunjuk langsung oleh presiden.

Banyak kekhawatiran yang muncul di tengah masyarakat. Jika para elit nantinya mengontrol kerja KPK, maka akan dengan mudah membelokkan jalur hukum. KPK seharusnya bertindak secara independen.

Nantinya akan banyak kepentingan di dalam dewan pengawas. Walaupun kita masih belum tahu siapa yang akan ditunjuk oleh presiden.

Demonstrasi Para Intelejensia

Puncaknya terjadi beberapa hari yang lalu. Di mana para intelejensia, para agen reformasi ini turun ke jalan untuk mengaspirasikan suaranya. Memperingatkan kekuasaan bahwa mereka melenceng dalam mengurus negeri ini.

Tidak hanya para mahasiswa. Bahkan kalangan pelajar, khususnya anak-anak STM pun juga ikut mewarnai riuhnya demonstrasi yang lumayan besar. Mungkin saja mereka ingin menyalurkan hobi tawurannya ke arah yang lebih positif.

Para intelejensia yang turun ke jalan tidak melulu memperingatkan DPR soal UU KPK ini. Akan tetapi, juga beberapa isu yang belakangan membuat gundah rakyat di negeri ini. Seperti RKUHP, isu lingkungan, RUU Ketenagakerjaan, RUU Pertanahan, RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS), serta kriminalisasi terhadap aktivis.

Demonstrasi yang terjadi di gedung wakil rakyat ini berlangsung selama beberapa hari. Serta serentak hampir di semua daerah. Bahkan menurut pemberitaan di beberapa media massa, sempat ada korban jiwa di dalamnya.

Terlihat mahasiswa di Indonesia benar-benar kompak. Namun, selalu saja ada kendala saat berdemonstrasi di lapangan. Para oposisi kekuasaan tidak tanggung-tanggung memanfaatkan kegaduhan ini.

Ada yang Mempolitisir

Ada yang mempolitisir dengan melempar pernyataan “turunkan Jokowi”. Namun sayangnya, hal tersebut tidak berhasil. Para intelejensia kembali kepada jalurnya sendiri.

Yakni memperjuangkan demokrasi dan hak-hak hidup khalayak ramai.

Jauh di alam pikiran yang lain. Saya berandai-andai, mungkinkah kejadian demonstrasi kemarin memang disengaja. Atau mungkin menjadi agenda untuk memperkeruh suasana perpolitikan di Indonesia.

Sudah menjadi rahasia umum, bahwasanya kampus-kampus memang telah banyak disusupi politik praktis. Melalui organisasi underbow dari partai politik yang mengemas diri mereka dengan sebutan “Oraganisasi Ekstra Kampus”.

Pada akhirnya semua akan tiba pada satu titik kesimpulan. Mereka, para wakil kita yang sekarang sedang dituntut keadilan. Pada kenyataannya juga pernah menjadi aktivis di masa lalu yang pernah pula menuntut keadilan.

Apakah reformasi di masa lalu akan terulang lagi?

Roda berputar pada porosnya. Hal yang pernah mereka lakukan di masa lalu kini berlaku pula kepada diri mereka di masa sekarang. Nasib yang mereka yang duduk sebagai wakil di DPR RI, sekarang mirip dengan sebuah ungkapan di dalam bahasa Inggris yang artinya kira-kira berbunyi seperti ini.

“Kau mati sebagai pahlawan atau hidup cukup lama untuk melihat dirimu menjadi penjahat”

Baca juga: Menyongsong New Normal, Karena Corona Tak Akan Pernah Hilang

Editor:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *