hancau.net – Awal Januari kemarin, saya dapat kesempatan untuk liburan ke Jepang. Baru saja menginjakkan kaki di sana, saya langsung merasa berada di masa depan. Bukan berarti Indonesia akan menjadi seperti Jepang di masa depan, hanya saja karena di sana serba disiplin dan canggih.
Saat itu saya sedang jalan-jalan di Disneyland. Ketika baru sampai di sana, saya baru tersadar bahwa salah satu hobi orang Jepang yang sering kita lihat namun jarang diperhatikan ialah antri. Orang Jepang senang sekali antri. Hampir di semua wahana mereka mengantri, simulator, roller coaster, dan beberapa permainan lainnya. Namun ada yang membuat saya benar-benar terkejut. Antriannya lumayan panjang di antara antrian yang lain. Telusur punya telusur, ternyata mereka sedang buang sampah.
Tidak seperti di Indonesia, pembuangan sampah yang hanya dibagi dua. Di Jepang mereka membagi pembuangan sampah berbagai macam jenis, seperti organik, non-organik,daur ulang, dan lain sebagainya.
Beberapa hari di liburan ke Jepang membuat saya bisa mengerti bagaimana cara hidup mereka sehari-hari. Selain suka antri, disiplin mereka yang lain ialah selalu ketat dengan jadwal.
Saya sempat bertanya dengan beberapa orang di sana, kenapa mereka terlalu ketat dengan jadwal. Ternyata mereka malu, malu jika terlambat dan tidak menepati waktu. Berbanding terbalik dengan di Indonesia yang notabene masyarakatnya selalu menyepelekan waktu. Seperti tidak ada rasa malu jika terlambat datang ke kantor atau pun ke sekolah. Malu-nya orang Indonesia hanya jika mereka telat 3 tiga bulan.
Kembali saya bertanya dengan orang Jepang yang saya temui. Betapa mengejutkan bahwasanya pelajaran utama dan paling awal saat sekolah dasar ialah disiplin dan setia kawan. Pelajaran yang lain nomor berikutnya.
Bahkan Saat sekolah dasar di Jepang, ada yang namanya PR membantu orang tua. Sangat bertolak belakang dengan Indonesia. Di Indonesia terbalik, orang tua yang membantu anak mengerjakan PR.
Selain terkenal dengan sikap disiplin, yang menjadi ciri utama dari negeri matahari terbit ini ialah canggih. Siapa tidak kenal Jepang dengan segala kecanggihannya. Salah satu yang menggelitik hati saya ialah toilet di Jepang. Super canggih menurut saya. Tidak perlu melakukan perbandingan dengan di Indonesia seperti, bau, kotor, terus bayar. Toilet di Jepang, bagus, bersih, gratis.
Jika kita sedang jalan-jalan di jepang, singgahlah sebentar di toilet umumnya. Pernah suatu waktu saya masuk toilet umum di Jepang. Saya tidak menemukan tombol flush untuk membersikan. Ternyata usut punya usut, ternyata flush-nya tidak pakai tombol. Melainkan menggunakan sensor di bagian sisi kiri toilet. Jadi, tinggal menutup dengan tangan selama 3 detik, air keluar.
Yang mengherankan bukan soal nge-flush jamban. Jika kita perhatikan di sebelah kanan ada bebera tombol yang tidak mungkin kita temui di toilet Indonesia. Canggih bukan. Tombol-tombol itu mempunyai fungsinya masing-masing.
Untuk buang air kecil, ada tombolnya. Untuk buang air besar, ada tombolnya. Mengatur tekanan air, pilihan temperatur air pun ada. Dingin, hangat, atau panas, tinggal suka pilih saja.
Teknologi canggih harus pula disertai dengan sumber daya manusia yang sesuai dengan kecanggihan itu. Bayangkan jika toilet canggih itu ada di Indonesia. Seribu rupiah pun mungkin tidak cukup untuk buang air kecil. Tarif toilet pasti akan naik.
Namun hal yang pasti jika toilet ini ada di Indonesia ialah karena manusia Indonesia kebanyakan norak. Toilet tidak akan lagi sekadar menjadi tempat buang air semata. Mungkin dan bisa saja akan ada anak kost yang datang ke toilet untuk menyeduh mie instan. (fix)
Baca juga: Bermain Kata Bersama Insan Nur Akbar, Sang Juara 2